
Pemalang — Di tengah arus modernisasi dan budaya digital yang terus menggerus nilai-nilai tradisional, muncul keprihatinan bahwa sikap berbakti kepada orang tua mulai terpinggirkan. Padahal, dalam budaya Indonesia yang sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal dan agama, berbakti kepada orang tua merupakan bagian dari identitas moral yang telah diwariskan turun-temurun.
Fenomena ini memunculkan pertanyaan besar: Apakah generasi masa kini masih menjunjung tinggi nilai kebaktian kepada orang tua, ataukah nilai luhur ini tengah mengalami krisis eksistensi?
Apa Makna Berbakti kepada Orang Tua?
Berbakti kepada orang tua berarti menunjukkan sikap hormat, kasih sayang, dan perhatian secara tulus kepada mereka yang telah membesarkan dan mendidik kita. Kebaktian ini tidak hanya dilakukan saat orang tua masih sehat dan produktif, tetapi justru semakin penting saat mereka mulai menua dan membutuhkan dukungan fisik, emosional, bahkan finansial.
Dalam agama Islam, perintah berbakti kepada orang tua berada satu tingkat di bawah perintah menyembah Allah. Firman-Nya dalam QS. Al-Isra’ ayat 23 menyebutkan:
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapak."
Secara universal pun, nilai ini diajarkan dalam berbagai ajaran agama dan budaya, dari ajaran Kristen, Hindu, Buddha, hingga kearifan lokal suku-suku Nusantara.
Siapa yang Bertanggung Jawab Menanamkan Nilai Ini?
Penanaman nilai kebaktian kepada orang tua tidak semata-mata menjadi tanggung jawab lembaga pendidikan. Keluarga merupakan benteng utama dalam pendidikan karakter anak. Orang tua perlu menanamkan secara konsisten sikap saling menghormati, memberi teladan positif, dan memperkenalkan nilai-nilai luhur sejak usia dini.
Selain itu, sekolah dan masyarakat memiliki peran penting dalam memperkuat pemahaman siswa mengenai pentingnya menghormati orang tua. Kurikulum yang mengedepankan pendidikan moral, kegiatan keagamaan, hingga program pengabdian kepada keluarga dapat menjadi instrumen strategis dalam upaya ini.
Kapan Nilai Ini Mulai Ditinggalkan?
Gejala lunturnya nilai kebaktian kepada orang tua mulai terlihat sejak munculnya era globalisasi yang membawa perubahan besar pada cara hidup generasi muda. Perkembangan teknologi yang sangat pesat, terutama media sosial dan gaya hidup instan, membuat sebagian anak muda lebih sibuk mengejar eksistensi dan kenyamanan pribadi, hingga lupa akan kewajiban moral terhadap orang tua mereka.
Hal ini diperparah oleh menurunnya intensitas interaksi keluarga. Banyak keluarga yang kini lebih banyak berkomunikasi melalui perangkat digital daripada percakapan langsung, membuat hubungan emosional antaranggota keluarga menjadi renggang.
Di Mana Fenomena Ini Banyak Terjadi?
Fenomena lunturnya sikap bakti kepada orang tua terjadi hampir merata di berbagai wilayah, baik di perkotaan maupun pedesaan. Namun, kota-kota besar cenderung menunjukkan tren yang lebih mencolok, seiring dengan gaya hidup modern yang serba cepat dan individualis.
Laporan beberapa lembaga sosial menunjukkan peningkatan kasus orang tua terlantar di panti jompo, meningkatnya konflik keluarga karena pengabaian orang tua lanjut usia, hingga munculnya anak-anak yang secara terang-terangan menolak merawat orang tuanya karena dianggap menjadi beban hidup.
Mengapa Nilai Ini Harus Dilestarikan?
Berbakti kepada orang tua bukan sekadar kewajiban moral, tetapi juga merupakan bentuk tanggung jawab sosial yang dapat menciptakan tatanan keluarga yang harmonis. Anak-anak yang tumbuh dalam budaya hormat kepada orang tua cenderung memiliki karakter yang lebih empatik, bertanggung jawab, dan mampu membangun relasi sosial yang sehat.
Di sisi lain, keberkahan dalam kehidupan sering kali hadir dari doa dan restu orang tua. Banyak cerita sukses tokoh-tokoh bangsa dan dunia yang mengakui bahwa keberhasilan mereka tidak terlepas dari pengorbanan dan doa orang tua.
Jika nilai ini dibiarkan memudar, bukan tidak mungkin akan muncul generasi yang egois, kurang empati, dan kehilangan jati diri budaya bangsa.
Bagaimana Cara Menumbuhkan Kembali Nilai Kebaktian Ini?
Menumbuhkan kembali nilai berbakti kepada orang tua harus dimulai dari kesadaran kolektif, baik di tingkat keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Beberapa langkah konkret yang dapat dilakukan antara lain:
- Penguatan Pendidikan Karakter – Memasukkan materi tentang pentingnya menghormati orang tua dalam pembelajaran di sekolah.
- Keteladanan Orang Tua dan Guru – Memberi contoh sikap hormat kepada orang tua dan orang yang lebih tua di lingkungan sekitar.
- Kampanye Sosial – Media massa, komunitas, dan tokoh masyarakat dapat mengangkat kembali pentingnya bakti kepada orang tua melalui program-program kreatif.
- Revitalisasi Tradisi Lokal – Menghidupkan kembali tradisi masyarakat yang menjunjung tinggi nilai kekeluargaan dan penghormatan terhadap orang tua.
- Pendampingan Keluarga – Meningkatkan kesadaran orang tua akan pentingnya komunikasi yang sehat dalam keluarga.





